Usah tinggalkan terlalu banyak jejak dan tanda
pasti aku tahu kau ke mana,
namun tinggalkanlah sepasang jejak
supaya nanti kutahu kau pernah hadir di sana
dan sebuah tanda
agar kufaham bahawa kita pernah bersama.
pasti aku tahu kau ke mana,
namun tinggalkanlah sepasang jejak
supaya nanti kutahu kau pernah hadir di sana
dan sebuah tanda
agar kufaham bahawa kita pernah bersama.
Maryam Isabella
Jalan Pasir Pekan
Januari 10, 2009 (petang: 1:36)
Jalan Pasir Pekan
Januari 10, 2009 (petang: 1:36)
11 comments:
salam kunjungan ...
indah bahasamu.
salam kunjungan yang penuh mesra....buatmu teman yg indah bahasanya....
biar jejaknya hilang di pandangan mata...
biar larut bersama ombak yang mengila...
namun di balik pasir memutih
ternoktah suatu tanda...
tanda yang menjalar dalam sukma..
lalu menganyam menjadi hamparan
rindu , kasih dan cinta yang sarat
di jiwa...
terus mewangi bak kasturi ...
yang tersimpan di lembah mutiara..
Kanda jurnal alam,
jejak di jiwa tak akan hilang selamanya,
meski jejak di pantai hilang dari indera.
ZM,
Salam kembali dan terima kasih sudi menjenguk saya. Dan syukran atas keindahan bahasamu mencoret sesuatu.
Tak sangka kita berkongsi bendera, rupanya.
Puspa Cendana,
Saya pasti saudara sedang mengisi karung kata saudara dengan himpunan kenang dan pengalaman jiwa.
Dan semoga kita mencapai satu tanda, bukan hanya fatamorgana tatkala jiwa garing oleh teriknya pancaran mentari cinta.
rozais,
jejak dan tanda yang tercipta tersimpan seribu kenangan. jejak yang banyak biarlah ia semakin banyak. kerna ia semakin menjauh...jejak yang sedikit mungkin kan berpaling mengutip sisa tanda yang tertinggal....menghitung kembali jalur kenangan...
azmi,
saya teringat kepada sebuah kisah di mana seseorang berjalan ke belakang untuk mengelirukan si penjejak.
tapakannya kelihatan menghala ke depan, sedangkan dia sebenarnya menuju ke arah bertentangan.
Dan dia melihat tapakan kenangan ditinggalkan satu persatu di pasir hadapan.
orang yang berjalan ke belakang ialah orang yang cuba untuk merasai betapa nikmatnya berjalan ke depan
azmi,
benar sekali, sepertimana nikmatnya secebis bahagia sesudah melalui rentetan sengsara.
semangnya sengsara yang membenarkan nikmat, tanpa sengsara kita tidak pernah menghargai walau setitik kebahagiaan
Kanda jurnal alam,
dinda suka angka ganjil, lebih-lebih lagi 9, tapi kali ini tak mengapa, dinda genapkan.
Post a Comment