Untuk menghubungi saya, atau memberi dan menerima maklumbalas secara peribadi, sila capai 013-3544889, atau emelkan ke rozaisalanamy@gmail.com, atau temui saya di http://www.facebook.com/rozais.alanamy

Selain capaian di atas, yang menggunakan nama dan kutipan daripada saya adalah tidak relevan dan tidak ada kena mengena dengan pendapat dan pendirian saya.
__________________________________________________________________

Saturday, July 23, 2011

Kembara Kita

.
 














Dalam bingkai malam
kala rembulan senyum dicandai bintang
aku terus berdoa semoga ada kita
di hujung jalan sana.

Aku sering menggagahkan diri
mengumpul embun menyirami taman kita,
selalu pula berharap ada engkau
membangunkan mentari
bangkit dari peraduannya
tatkala tengkujuh melanda.

Pun jika suatu masa
tiada lagi kita di depan sana
tak akan pernah aku lupa
tiket-tiket perjalanan kita
dan kematu di telapak kaki
sepanjang kembara bersama.

Kompleks Pusat Islam 
.

Saturday, July 16, 2011

Impian Seorang Nelayan (Kembara)


Lagu ini saya dengar sewaktu 80-an. Setiap kali mendengarnya, pasti ada genang di kelopak mata. Dan setiap kali berpeluang ke pantai, saya sering memandang laut lepas, seolah terlihat sebuah biduk teroleng-oleng di tengah segara.

Saya sungguh kagum pada isteri nelayan, yang sabar dan selalu tawakkal menunggu suami pulang. Setiap hari penuh debar dan pasrah. Adakah hari itu detik terakhir menatap mata suami tercinta? Sungguh saya tidak sanggup bersuamikan seorang nelayan, kecuali saya diizinkan turut bersamanya di tengah laut!




Burung camar hinggap di jejari
seorang nelayan sedang bermimpi
mimpi tentang duyung, mimpi tentang untung
biduk hanyut dibawa ombak Laut China Selatan.


Dalam mimpi berkata sang duyung
wahai nelayan kau anak laut
di sini tempatmu, di sini rezekimu
pengorbanan yang kau lakukan ada balasannya.


Mega mendung, laut pun bergoncang
nelayan tersentak biduk sesat haluan
sang mentari terlindung, pantai tak kelihatan
Tawakkal jalan akhirnya.


Dalam pondok kecil beratap rumbia
seorang ibu memandang hari muka
sambil ia menyusukan bayi yang kehausan
ufuk timur hilang dari pandangan.


Wahai anak yang sedang menangis
mungkin kini engkau tak mengerti
bila kau dewasa dan pandai nanti
pengorbanan ayahmu sayang jangan kau lupakan.

Kompleks Pusat Islam
.

Friday, July 01, 2011

Ia Tidak Pernah Berahsia Padaku

.
Seringkali rasa ingin damai di sini, melepas lelah dari kepenatan fizikal, kelelahan minda dan nyeri jiwa. Tatkala rasa kosong, sepi dan tidak punya sesiapa.

Akrab dengan alam, biarpun sekeping gambar; lebih baik daripada berbicara dengan manusia yang selalunya punya kepentingan diri yang perlu diutamakan. Yang lembut bila mengharap, dan kasar setelah tidak memerlukan.  

Benar, pohon tidak pernah berbohong tentang sedih dan riangnya.
.