In,
Berdiri aku di teduhan pohon cinta kita
jemari mentari menampar wajahku
ada gerimis hati yang mengalir ke dagu
sirna dalam terik sinar
merah mukaku, cuma
terpandang olehmu, kesakitanku
bukannya sebuah derita cinta.
Dan kau, nyalakan unggun api
perciknya menerjah ke biru langit
titis darah dari kalbumu yang luka
singgah pada mata hati dan jiwa
katamu, aku tak akan pernah tahu
bagaimana harga sebuah rasa.
Kataku, derai air mataku
tak perlu berbias kaca
kerana titisnya
membasahi jiwa
dalam deraan mentari menyinga
dan marak api menyala.
In,
Pohon cinta kita
biar terkadang gugur daunnya
tak pernah mati akarnya.
Kamar Cinta
Berdiri aku di teduhan pohon cinta kita
jemari mentari menampar wajahku
ada gerimis hati yang mengalir ke dagu
sirna dalam terik sinar
merah mukaku, cuma
terpandang olehmu, kesakitanku
bukannya sebuah derita cinta.
Dan kau, nyalakan unggun api
perciknya menerjah ke biru langit
titis darah dari kalbumu yang luka
singgah pada mata hati dan jiwa
katamu, aku tak akan pernah tahu
bagaimana harga sebuah rasa.
Kataku, derai air mataku
tak perlu berbias kaca
kerana titisnya
membasahi jiwa
dalam deraan mentari menyinga
dan marak api menyala.
In,
Pohon cinta kita
biar terkadang gugur daunnya
tak pernah mati akarnya.
Kamar Cinta
4 comments:
Pastikan pohon cinta yg terbaik utk diri anda,,=)
“Malam adalah kegelapan,
Nyalakanlah dengan lampu cinta
Dengan kehidupanmu dan ketaatan”
ACE,
Pohon cinta yang terbaik
umpama zaitun yang tegak di pergunungan
gagah walau diterpa ribut
akar terpasak memaknakan hidup.
Semoga malammu benderang
dengan nyanyian cinta dan zikir Tuhan.
Salam RAA,
"jujurnya - saya sukai setiap 2 baris terakhir pada Rangkap 2 dan Rangkap 4 puisi tersebut",
"adakah syarikat penerbitan RAA berminat mencetak @ menerbitkan buku antologi puisi (?)".
Akak..
boleh tumpang redup bawah pohon akak?
p/s: Setuju dgn persoalan saudara zulkifli ;)
Post a Comment