Kini aku
sering bertanya tentang waktu
berapa lamakah
lagi sebuah penantian
kita
bagaikan samudera dan langit yang saling merindu
menunggu
tibanya waktu bersatu
dalam alam yang lebur.
Kau adalah
laut yang tenang, terkadang bergelora
biru memantul
rona rinduku dalam jerkah mentari
aku adalah
langit biru yang sering bertukar warna
akur pada putaran
waktu yang cemburu
menukar
biru kita menjadi kelam dan ungu.
Tahukah
kau seberapa jauh waktu untuk kutintakan bait puisi
dan berapa
jumlah kata yang diperlukan untuk kusempurnakan
sejumlah rangkaian
kata pengirim rasa ke kalbumu
selama
rentang waktu yang bersilih ganti antara tidur dan jaga
dan jarak
batu yang memisahkan jasad kita.
Dan
tahukah kau betapa aku sering berdiri di sini
antara langit
dan bumi di pantai temu ini
menunggu perahu-perahu
nelayan, setiap senja
dalam
larik cahaya yang merah padam
dengan harapan
pulangnya sarat edan kasmaran sebagai balasan.
Berapa
lamakah lagi kita harus menanti
sering kutanya
pada senja yang gemilang dalam warna tembaga
atau pada
ombak yang sentiasa mendebur bersama degup jantungku
tatkala
mengarang nota rindu untuk dibawa camar yang pergi.
Andai
suatu hari ada seorang tua yang sedang menanti
di pantai
sepi sewaktu lengkung matahari di hujung samudera
ingatlah
padaku yang sedang menanti dengan bahagia
pertemuan laut
dan langit di hujung sana.
Jalan
Perdana, Kuala Lumpur
Mac 22, 2014 (12.00 tengahari)
Mac 22, 2014 (12.00 tengahari)
No comments:
Post a Comment