Tuesday, October 20, 2009

Sebuah Puisi, Sebuah Sepi

.
Seorang rakan dari kota batu menelefon. Saya sedang berehat di pejabat. Sebelum berpisah di talian dia mendeklamasikan sebuah sajak.

Sungguh indah dan bermakna kepada saya pada hari ini. Saya minta izin menyerikannya di laman ini.

Terima kasih dan tahniah, Azmi (http://www.azmi-alkelantani.blogspot.com/) untuk sebuah sajak dan suara pada petang yang lebat hujannya.

Jendela Waktu
ku kuak jendela waktu
hati tertarik
awan putih berlari lari
mengejar
lingkaran pelangi di ruang maya

antara jalur warnanya
tersimpan lembaran kenangan
helaian masa berguguran
mega mendung berganti gerimis
terukir senyum pada wajah sang suria
sebuah aturan roda hidup
sesetia malam pada siang

dari jendela waktu
aku merenung jauh
mengutip memori usang
potret sebuah kehidupan
dalam lukisan tidak berbingkai
yang kian lusuh dan berdebu

ku tutup jendela waktu
debu kenangan
tidak lagi memeritkan mata

biarpun cebisan masa
meninggalkan kelopaknya
namun tunas yang berputik
menyerikan halaman
meninggalkan memori indah

Noble Art Creation
5.56 petang

No comments:

Post a Comment