Sunday, May 03, 2009

Segara dan Sampan Harapan

.
Buat Zek,
aku manusia kecil yang baru mengenal aksara
namun bukan ia pengukur kesungguhanku menunaikan janji.

Telah lelah aku berperi tentang segara
namun biru samudera, jadi tirai dalam kisahku.

Bisikan sendumu mengalun seindah ombak menderu
dan kita di pepasir putih menautkan sendu
tatkala sampan harapan, kita lipat dari kertas putih
bertinta biru, menjauh ke tengah lautan
menunggu air pasang menghempaskan ia kembali
menghampiri pantai kenangan.

Tak sanggup aku, berdayung ke tengah laut
dan kau, tak inginkah berdoa, suatu saat
angin laut membawa sampanmu rapat
dan kita bergandingan menyusuri jejak silam di pasir pantai?

Padang Embun

8 comments:

  1. Salam petang RAA (tanpa dimurkai),

    terima kasih menulis sajak ini buat aku,

    aku menghargainya.

    paling aku sukai empat baris terakhir pada rangkap terakhir dalam sajakmu itu,

    kamu memang memenuhi janji.


    ini puisiku untukmu,

    RASA ( ii )

    di hatiku
    hujan rusuh
    di matamu
    bulan pudar.

    segalanya
    tertinggal tanpa
    kata-kata.

    ZULKIFLI BIN MOHAMED
    Perumahan Lot 144, Darul Iman
    04 Mei 2009.

    ReplyDelete
  2. Zek,
    Salam pagi.
    Selagi berdaya, saya tetap berusaha memenuhi setiap janji.

    Dan terima kasih untuk balasan puisi yang miskin aksara, kaya makna.

    ReplyDelete
  3. salam....

    cantik lagi indah...hanya rasa yang lahirkan perasaan...perkataan hanya meyakinkan perasaan..perasaan bersatu dalam satu rasa...

    ReplyDelete
  4. azmi,
    hebat falsafahnya. menyentuh tentang "rasa", saya tidak mahu ulas panjang. biar hanya jiwa yang berbicara tentang rasa.

    ReplyDelete
  5. al-Anamy Roz,
    mohon saya tumpang melihat belayarnya sampan harapanmu ke tengah segara seraya menyapa mesra tetamu teratak mayamu:
    kalian yang budiman, apakah kalian setuju jika kukatakan berterus terang itu satu amalan mulia, namun pabila ia melibatkan pe'rasa'an, adakalanya kebisuan lebih signifikan.

    ReplyDelete
  6. salam zanazanzaly...
    perasaan lebih berterus daripada perkataan...namun tanpa kata di luahkan rasa hanya wujud di dasar hati...pada ku yang lemah dalam berkata-kata ini....zahirkan lah perasaan itu biarpun bayangan namun perasaan dalang terbit di sebalik kelir...

    ReplyDelete
  7. zanazanzaly,
    ayuh bersama, melihat ia mampir ke sisi pantai, ditolak ombak takdir atau diheret layarnya oleh kuasa sebuah doa dan rasa.

    ReplyDelete
  8. al-Anamy,
    Keampuhan kuasa doa dan rasa? Nabi Allah Yunus a.s ada jawapannya.

    al-Kelantani,
    bayang
    perasaan
    dizahir
    sebalik
    kelir
    aku
    tersihir

    ReplyDelete